Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah elektronik. Pada tahun 2021 saja, timbunan sampah elektronik mencapai angka fantastis: 2 juta ton. Pulau Jawa menjadi penyumbang terbesar, mencapai 56% dari total limbah elektronik nasional.
Namun, di balik permasalahan ini, tersimpan potensi ekonomi yang luar biasa melalui konsep urban mining. Urban mining, yang didefinisikan sebagai proses reklamasi bahan baku dari produk bekas, menawarkan solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru.
Prospek Cerah Urban Mining: Ekonomi dan Lingkungan Berkelanjutan
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta melihat potensi besar urban mining ini. Melalui Fakultas Metalurgi yang baru didirikan, UNU Yogyakarta berupaya mencetak ahli di bidang ini untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah elektronik dan membuka peluang ekonomi baru.
Rektor UNU Jogja, Widya Priyahita Pudjibudojo, menjelaskan bahwa daur ulang bahan elektronik dapat mengurangi ketergantungan pada penambangan alam. Proses recycle mengubah sampah elektronik menjadi bahan mentah baru yang dapat diolah kembali menjadi produk baru.
Contohnya adalah pemanfaatan limbah dari mobil-mobil konvensional yang akan tergantikan dengan mobil listrik. Urban mining menawarkan solusi untuk mendaur ulang komponen-komponen yang masih memiliki nilai guna.
Widya menekankan bahwa prospek urban mining sangat menjanjikan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Potensi Besar, Tantangan Keterbatasan Ahli
Meskipun potensi urban mining di Indonesia sangat besar, ketersediaan ahli di bidang ini masih sangat terbatas. Hal ini menjadi tantangan utama dalam pengembangan industri urban mining di Indonesia.
UNU Yogyakarta ingin menjadi pelopor dalam mengatasi kekurangan tenaga ahli ini. Keunikan Fakultas Metalurgi UNU Yogyakarta adalah fokusnya pada urban mining, yang membedakannya dari program studi metalurgi di perguruan tinggi lain.
Selain itu, UNU Yogyakarta juga menjadi perguruan tinggi berbasis NU pertama yang memiliki program studi metalurgi. Ini menjadi langkah penting untuk memenuhi kebutuhan industri yang semakin meningkat.
Kerja Sama Strategis dan Kurikulum yang Relevan
Untuk mewujudkan visi ini, UNU Yogyakarta menjalin kemitraan strategis dengan GEM Co Ltd, perusahaan asal China yang merupakan pemain besar di bidang urban mining.
Kerja sama ini memastikan kurikulum yang dirancang sesuai dengan kebutuhan industri, menghasilkan lulusan yang siap kerja dan berkontribusi langsung pada pengembangan industri urban mining di Indonesia.
Model kerja sama antara kampus dan industri ini diusulkan sebagai model nasional. Rektor UNU Yogyakarta telah mempresentasikan konsep ini kepada pemerintah, termasuk Kementerian ESDM dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Harapannya, model ini dapat direplikasi dan mendorong investasi di bidang urban mining yang terintegrasi dengan perguruan tinggi.
Fakultas Metalurgi UNU Yogyakarta akan membuka program studi S1 terlebih dahulu, dengan rencana penerimaan sekitar 100 mahasiswa baru pada angkatan pertama. Program S2 dan S3 akan menyusul kemudian. Beasiswa juga disediakan untuk calon mahasiswa.
Indonesia membutuhkan sekitar 30.000 talenta metalurgi dalam lima tahun ke depan, sementara jumlah lulusan saat ini masih sangat terbatas. Ini menjadi peluang besar bagi lulusan Fakultas Metalurgi UNU Yogyakarta.
Selain program studi bergelar, UNU Yogyakarta juga akan menawarkan program non-gelar seperti pelatihan untuk memenuhi kebutuhan industri yang beragam.
Dengan demikian, UNU Yogyakarta berharap dapat berkontribusi besar dalam mengatasi masalah sampah elektronik dan mengembangkan industri urban mining di Indonesia, sekaligus mencetak talenta-talenta unggul di bidang ini.