Pertumbuhan pesat kampus asing di Indonesia memicu kekhawatiran di kalangan perguruan tinggi negeri (PTN). Persaingan ketat dan potensi kebocoran devisa menjadi isu utama yang perlu diantisipasi.
Universitas Indonesia (UI), misalnya, melihat kehadiran kampus-kampus asing ini sebagai tantangan sekaligus peluang. Mereka memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi calon mahasiswa dengan daya beli tinggi.
Persaingan Ketat dan Potensi Devisa Kabur
Plh Direktur Humas Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Emir Chairullah, SIP, MA, PhD, mengungkapkan keprihatinan terhadap potensi alih pasar mahasiswa Indonesia ke kampus asing. Pendanaan yang kuat menjadi keunggulan kompetitif mereka.
UI harus bersaing dengan kampus-kampus tersebut. Namun, keterbatasan dukungan pemerintah membuat tantangan ini semakin berat.
Selain persaingan, Emir juga menyoroti potensi devisa yang mengalir ke luar negeri. Pemasukan dari biaya kuliah dan operasional kampus asing akan mengurangi devisa domestik.
Strategi UI Menghadapi Persaingan
Sebagai langkah strategis, UI memilih berkolaborasi dengan universitas asing untuk program double degree. Mahasiswa dapat merasakan pengalaman belajar di UI dan universitas mitra di luar negeri.
Program ini dirancang untuk mengurangi aliran devisa ke luar negeri. Sebagian masa studi tetap berlangsung di dalam negeri, sehingga pendapatan tetap masuk ke sistem ekonomi Indonesia.
Emir menekankan bahwa kualitas dosen dan akademisi di UI, UGM, dan ITB tidak kalah dengan universitas asing. Namun, perbedaan fasilitas menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Kolaborasi internasional diharapkan bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya asing. UI terus berupaya meningkatkan daya saingnya.
Peran Pemerintah dalam Mendukung PTN
Emir berpendapat, pemerintah perlu berperan aktif mendukung PTN agar tetap kompetitif. Ketergantungan pada Uang Kuliah Tunggal (UKT) sudah tidak cukup lagi.
PTN harus berinovasi dan kreatif mencari sumber pendanaan. Namun, inovasi tersebut harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang tepat.
Emir mencontohkan Harvard University dan Tsinghua University yang tetap menerima bantuan pemerintah meski berstatus swasta. Investasi pemerintah dalam pendidikan terbukti meningkatkan daya saing universitas.
Pemerintah tidak bisa hanya menyerahkan sepenuhnya pada PTN untuk mencari dana. Dukungan dan investasi negara sangat dibutuhkan untuk membantu PTN meningkatkan kualitas dan daya saingnya.
Kunjungan utusan khusus Perdana Menteri Inggris dan perwakilan Russel Group ke Presiden Prabowo Subianto menunjukkan ketertarikan universitas Inggris untuk membuka kampus di Indonesia.
Hal ini semakin memperkuat perlunya strategi yang komprehensif dari pemerintah dan PTN untuk menghadapi persaingan global di sektor pendidikan tinggi.
Beberapa universitas asing yang telah membuka kampus di Indonesia antara lain Monash University (Australia), Deakin-Lancaster University (Australia-Inggris), Western Sydney University (Australia), dan King’s College London (Inggris).
Kehadiran kampus asing menuntut PTN untuk meningkatkan kualitas, inovasi, dan kolaborasi internasional. Dukungan pemerintah menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini.
Indonesia perlu memikirkan strategi jangka panjang untuk memastikan bahwa sistem pendidikan tinggi nasional tetap kuat dan mampu bersaing di kancah internasional. Investasi berkelanjutan dan kolaborasi yang erat antara pemerintah, PTN, dan universitas asing menjadi kunci keberhasilan.