Kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan di berbagai bidang pekerjaan, menimbulkan kekhawatiran bagi calon mahasiswa yang tengah memilih jurusan kuliah. Pertimbangan kini bergeser dari sekadar gaji tinggi menuju jurusan yang tetap relevan dan tahan terhadap otomatisasi dalam satu dekade mendatang.
Menariknya, data dari Federal Reserve Bank of New York menunjukkan fakta mengejutkan. Beberapa jurusan yang justru aman dari ancaman AI justru bukan berasal dari bidang teknologi. Ini menantang asumsi umum tentang masa depan pekerjaan di era digital.
Alasan Ada Jurusan yang Aman dari AI
Jurusan yang aman dari AI umumnya memiliki karakteristik spesifik. Forbes menjabarkan beberapa ciri tersebut.
Pertama, kemampuan melakukan penilaian kontekstual kompleks. Hal ini membutuhkan pertimbangan etika dan nuansa yang sulit ditiru AI.
Kedua, kemampuan membangun koneksi dan empati manusia. Membangun hubungan dan memahami emosi manusia merupakan hal yang sulit ditiru teknologi.
Ketiga, kebutuhan akan kehadiran fisik. Banyak pekerjaan membutuhkan penilaian, perawatan, atau konstruksi langsung yang tak bisa dilakukan jarak jauh oleh AI.
Keempat, kreativitas adaptif. Profesi ini memerlukan penyesuaian pendekatan berdasarkan umpan balik dan kondisi yang berubah-ubah.
Kelima, kemampuan penalaran etis. Menangani dilema etika yang kompleks membutuhkan nilai dan penilaian manusia.
5 Jurusan Kuliah yang Aman dari AI
Berikut lima jurusan kuliah yang diprediksi tetap aman di masa depan yang didominasi AI.
1. Keperawatan
Keperawatan memiliki tingkat pengangguran sangat rendah, hanya 1,4 persen. Biro Tenaga Kerja dan Statistik AS menyebutnya sebagai salah satu karier teraman.
Meskipun AI membantu tugas diagnostik dan administratif, esensi keperawatan—hubungan manusia, penilaian klinis kompleks, dan perawatan langsung—tetap tak tergantikan.
Proyeksi Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan perawat sebesar 6 persen hingga 2031, dengan lebih dari 203.000 lowongan setiap tahunnya. Populasi lanjut usia semakin meningkatkan permintaan.
Ketahanan keperawatan terletak pada kombinasi pengetahuan klinis dan kecerdasan emosional. AI bisa menganalisis gejala, tetapi tak bisa memberikan empati atau memahami perubahan halus kondisi pasien.
2. Pendidikan Khusus
Guru pendidikan khusus memiliki tingkat pengangguran 1 persen. Profesi ini membutuhkan penilaian kritis, keahlian membangun hubungan, dan penyesuaian intervensi yang tak bisa ditiru AI.
Kekurangan guru pendidikan khusus saat ini, dikombinasikan dengan mandat pendidikan yang sesuai untuk siswa penyandang disabilitas, menciptakan peluang kerja yang hampir terjamin.
3. Manajemen Konstruksi
Manajemen konstruksi memerlukan kehadiran di lokasi, pengambilan keputusan langsung, dan koordinasi kompleks antar berbagai pihak.
Manajer konstruksi membutuhkan pemahaman sistem bangunan dan kepemimpinan tim yang efektif—keterampilan yang tetap berada di ranah manusia.
4. Terapi Okupasi
Terapi okupasi membantu orang berpartisipasi dalam aktivitas meskipun mengalami cedera atau disabilitas. Bidang ini membutuhkan penalaran klinis, manipulasi fisik, dan hubungan terapeutik.
Proyeksi pertumbuhan pekerjaan terapi okupasi sebesar 11 persen hingga 2033 menunjukkan ketahanan bidang ini terhadap otomatisasi dan peningkatan permintaan seiring bertambahnya usia penduduk.
Pendekatan holistik terapi okupasi, yang menangani aspek fisik, kognitif, dan emosional, membutuhkan penilaian manusia yang jauh melampaui kemampuan AI.
5. Teknik Sipil
Dengan tingkat pengangguran 1 persen, Teknik Sipil menawarkan keamanan karier tinggi. Bidang ini memerlukan penilaian kompleks tentang keselamatan, keberlanjutan, dan faktor kontekstual yang sulit dinilai AI.
Peran Teknik Sipil dalam pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur akan tetap penting, memastikan permintaan berkelanjutan terhadap insinyur sipil.
Kesimpulan
Kelima jurusan di atas menawarkan prospek karier yang relatif aman dari ancaman otomatisasi AI. Namun, penting diingat bahwa perkembangan teknologi selalu dinamis. Kemampuan beradaptasi, pembelajaran berkelanjutan, dan pengembangan keterampilan soft skill tetap krusial untuk kesuksesan karier di masa depan, terlepas dari pilihan jurusan.